Saya tidak ketahui mengapa, tetapi malam ini seketika keinget kalian lagi. Seperti terdapat lagu yang seketika melalui di shuffle playlist, lalu, bam, seluruh ingatan itu timbul sedemikian itu aja. Saya lagi bersandar di teras, nonton langit sembari nyeruput kopi slot gacor, serta pikiranku tidak menyudahi muter pertanyaan kalian. Kalian apa berita saat ini? Saya tidak nanya hanya untuk ritual, saya bener- bener penasaran. Apa kalian senang? Apa seluruh perihal yang dahulu kalian impikan udah kalian capai? Saya minta iya.
Sesungguhnya, saya tidak ketahui wajib mulai dari mana. Kadangkala, saya mikir bisa jadi saya tidak layak untuk curhat demikian ini, sebab, betul, kita udah jadi kita yang dahulu. Tetapi di dikala berbarengan, terdapat banyak perihal yang sedang saya simpan, keadaan yang tidak sempat luang saya bilang ke kalian. Jadi, jika kalian baca ini ataupun apalagi hanya denger ini di angin malam, saya hanya ingin jujur.
Saya inget amat sangat seluruh perihal kecil mengenai kalian. Gimana kalian senantiasa nyenderin kepala ke bahuku di bioskop, lalu ngomel sebab saya tidak sangat ngerti jalur narasi filmnya. Gimana kalian senantiasa ngeluh jika saya salah mesen kopi untuk kamu—karena kalian maunya cappuccino, bukan latte. Gimana kalian senantiasa kasih saya playlist penuh lagu bimbang, sementara itu saya ketahui kalian tidak sempat segalau itu. Seluruh perihal kecil itu, nyatanya mereka bermukim di kepala saya lebih lama dari yang saya duga.
Tetapi tidak hanya pertanyaan perihal manis, saya pula inget seluruh alasan kita. Gimana kita kerap tidak akur pertanyaan keadaan kecil, seperti siapa yang wajib beri uang makan, ataupun mengapa saya senantiasa kurang ingat bertepatan pada berarti. Serta saya siuman saat ini, banyak dari alasan itu sesungguhnya sebab saya sangat keras kepala untuk ngerti kalian. Saya maunya berhasil sendiri, sementara itu kalian hanya ingin saya jadi lebih liabel. Maaf betul, jika itu buat kita berdua letih.
Saya pula ingin bilang makasih. Makasih sebab kalian ngajarin saya gimana rasanya dicintai dengan ikhlas. Kalian senantiasa adem serupa saya, senantiasa terdapat apalagi dikala saya lagi di titik terburuk. Saya tidak ketahui gimana kalian dapat sedemikian itu kokoh, tetapi saya berlega hati sempat jadi bagian dari narasi kalian. Saya ketahui kita tidak sempurna, tetapi kalian ngajarin saya kalau cinta itu bukan pertanyaan keutuhan, tetapi pertanyaan upaya. Serta itu pelajaran yang saya membawa hingga saat ini.
Kadangkala saya mikir, apa kita salah di timing? Apa jika kita bertemu di durasi yang beda, kita akan sukses? Tetapi, betul, hidup tidak dapat diulang, kan? Serta saya rasa, bisa jadi kita memanglah cuma dikasih durasi buat silih berlatih, bukan buat bersama selamanya. Saya udah berlatih menyambut itu, meski tidak senantiasa gampang.
Saya tidak menulis ini untuk buat kalian balik ataupun apa. Saya hanya ingin bilang apa yang tidak sempat luang saya ucapkan: saya berambisi kalian senang. Saya minta kalian nemuin seorang yang dapat ngertiin kalian lebih dari saya sempat ngerti kalian. Saya minta, kalian bisa seluruh yang kalian mau, serta jika sesuatu dikala kalian ingat saya, saya minta itu tidak buat kalian pilu. Sebab walaupun kita tidak lagi jadi kita, saya senantiasa mau jadi bagian dari narasi bagus di hidup kalian.
Jadi, betul, ini saya. Sedang serupa seperti dahulu, tetapi sedikit lebih mengerti pertanyaan hidup scatter hitam pragmatic. Saya hanya ingin bilang, saya besar hati sempat tahu kalian. Jika kita tidak sempat bertemu lagi, saya minta kalian senantiasa piket senyummu, betul. Itu yang sangat buat saya jatuh cinta dahulu.
Mudah- mudahan angin malam ini bawa berkah saya untuk kalian. Senantiasa senang, senantiasa kokoh.